Siapa yang tak kenal dengan alat musik traditional yang
berasal dari daratan Sunda ini guys? Apalagi setelah memecahkan rekor dunia
dengan memainkan angklung terbanyak di dunia pada tanggal 23-April-2015 di
Bandung. Alat yang terbuat dari bambu ini memang sangat khas nya orang orang
sunda guys bahkan kata presiden pertama kita Ir.Soekarno mengatakan kalau “Angklung
adalah alat musik pemersatu” mungkin karena ke unikan nya inilah angklung mulai
dilirik oleh mata dunia guys. Oh iya, Angklung juga terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan
dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010 loh guys.
Angklung
itu apasih? Angklung adalah alat musik multitonal
(bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian
barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh
benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam
susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil.
Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada
tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat
dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam
suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk
menghasilkan bunyi.
Sejarah Angklung
Tidak ada petunjuk
sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah
digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal
penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme
dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada
masa Kerajaan
Sunda (abad ke-12
sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung
berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber
kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos
kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi
kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap
sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian
dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung
gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu
yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari
ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat
dapat tumbuh subur.
Jenis-jenis
Angklung
Angklung
ternyata mempunyai beberapa jenis dengan nada nan berbeda. Beberapa jenis
angklung itu di antaranya adalah:
Angklung
Kanekes
Angklung
kanekes ialah angklung nan dibuat di daerah Kanekes, yaitu seuah daerah di
Baduy, Provinsi Banten. Orang-orang nan dapat dan berhak membuat angklung
kanekes ini hanyalah orang-orang dari Baduy Dalam, yaitu orang-orang Kajeroan.
Angklung ini dimainkan pada saat panen sawah atau juga menanam padi. Angklung
kanekes juga dapat dimainkan pada saat terang bulan dan tak ada hujan dalam
sebuah hiburan. Nama-nama angklung kanekes dari nan terbesar adalah: indung,
ringkuk, dondong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel.
Angklung Dogdog Lojor
Angklung
dogdog lojor ini ialah sebuah kesenian nan terdapat di Gunung Halimun, yaitu
gunung nan terletak di antara perbatasan Jakarta, Bogor, dan Lebak. Kesenian
dogdog lojor dimainkan dengan adanya empat angklung di dalamnya. Sama seperti
angklung kanekes, angklung dogdog lojor ini dimainkan dalam suasana panen.
Tetapi, di masa modern, dogdog lojor dipakai dalam kesenian pernikahan, sunatan
juga acara lainnya. Dogdog lojor ini terdiri dari dua buah dogdog lojor dan
empat buah angklung besar. Empat buah angklung besar nan ada dalam dogdog lojor
ini adalah: gonggong, panembal, kingking, dan inclok.
Angklung Gubrak
Angklung
gubrak ialah angklung nan berasal dari Bogor di kampung Cipining. Pada umumnya,
angklung dimainkan dalam sebuah ritual nan berhubungan dengan padi. Adanya
angklung gubrak dikarenakan sebab pada saat itu kampung Cipining sedang
mengalami paceklik.
Angklung Badeng
Angklung
badeng ini berasal dari Malangbong, Garut. Dulu, adanya angklung badeng
berfungsi sebagai pembawa dakwah Islam. Angklung badeng ini terdiri dari 9
buah, yaitu dua angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung dan
angklung bapa, dua angklung anak; dua buah dogdog, dua buah terbang atau
gembyung, juga satu kecrek.
Buncis
Buncis ialah
pertunjukan yan bersifat hiburan nan berasal dari Baros, Bandung. Beberapa
instrumen nan merupakan bagian dari kesenian buncis ialah dua angklung indung,
dua angklung ambrug, angklung panempas, dua angklung pancer, satu angklung
enclok.
Angklung Padaeng
Angklung
padaeng ini dibuat oleh pencetus angklung itu sendiri, yaitu Daeng Sutigna.
Angklung ini menggunakan nada diatonis. Oleh sebab itu, angklung ini dapat
menghasilkan nada suara dari berbagai musik internasional dan modern, bukan
hanya musik daerah saja. Angklung ini juga bisa dimainkan bergabung dengan
ensembel lainnya seperti piano, gitar, drum, dan lain-lain. Angklung padaeng
ini dibagi menjadi dua jenis yaitu angklung melodi dan angklung akompanimen.
Angklung melodi ialah angklung nan terdiri atas dua tabung dengan disparitas
nada satu oktaf. Sedangkan, angklung akompanimen ialah angklung nan dimainkan
buat mengiringi lagu-lagu nan harmonis.
Angklung Sarinade
Angklung
sarinade ialah angklung nan masih mempunyai jenis nan sama seperti padaeng,
tetapi hanya menghasilkan nada bulat saja.
Angklung Toel
Angklung
toel ialah angklung nan dijejerkan secara terbalik dan diberi karet. Angklung
ini ditemukan dan diciptakan oleh Yayan Udjo pada tahun 2008. Nama toel nan
dimaksud itu berarti sentuh. Jadi, pemakaian angklung ini hanya cukup disentuh
lalu keluarlah nada-nada nan dihasilkan pada angklung ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar