Sabtu, 02 April 2016

Angklung, traditional instrument in Indonesia

            Siapa yang tak kenal dengan alat musik traditional yang berasal dari daratan Sunda ini guys? Apalagi setelah memecahkan rekor dunia dengan memainkan angklung terbanyak di dunia pada tanggal 23-April-2015 di Bandung. Alat yang terbuat dari bambu ini memang sangat khas nya orang orang sunda guys bahkan kata presiden pertama kita Ir.Soekarno mengatakan kalau “Angklung adalah alat musik pemersatu” mungkin karena ke unikan nya inilah angklung mulai dilirik oleh mata dunia guys. Oh iya, Angklung juga terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010 loh guys.

Angklung itu apasih? Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi.

Sejarah Angklung

Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat dapat tumbuh subur.

Jenis-jenis Angklung

Angklung ternyata mempunyai beberapa jenis dengan nada nan berbeda. Beberapa jenis angklung itu di antaranya adalah:

Angklung Kanekes
Angklung kanekes ialah angklung nan dibuat di daerah Kanekes, yaitu seuah daerah di Baduy, Provinsi Banten. Orang-orang nan dapat dan berhak membuat angklung kanekes ini hanyalah orang-orang dari Baduy Dalam, yaitu orang-orang Kajeroan. Angklung ini dimainkan pada saat panen sawah atau juga menanam padi. Angklung kanekes juga dapat dimainkan pada saat terang bulan dan tak ada hujan dalam sebuah hiburan. Nama-nama angklung kanekes dari nan terbesar adalah: indung, ringkuk, dondong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel.

Angklung Dogdog Lojor
Angklung dogdog lojor ini ialah sebuah kesenian nan terdapat di Gunung Halimun, yaitu gunung nan terletak di antara perbatasan Jakarta, Bogor, dan Lebak. Kesenian dogdog lojor dimainkan dengan adanya empat angklung di dalamnya. Sama seperti angklung kanekes, angklung dogdog lojor ini dimainkan dalam suasana panen. Tetapi, di masa modern, dogdog lojor dipakai dalam kesenian pernikahan, sunatan juga acara lainnya. Dogdog lojor ini terdiri dari dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Empat buah angklung besar nan ada dalam dogdog lojor ini adalah: gonggong, panembal, kingking, dan inclok.

Angklung Gubrak
Angklung gubrak ialah angklung nan berasal dari Bogor di kampung Cipining. Pada umumnya, angklung dimainkan dalam sebuah ritual nan berhubungan dengan padi. Adanya angklung gubrak dikarenakan sebab pada saat itu kampung Cipining sedang mengalami paceklik.

Angklung Badeng
Angklung badeng ini berasal dari Malangbong, Garut. Dulu, adanya angklung badeng berfungsi sebagai pembawa dakwah Islam. Angklung badeng ini terdiri dari 9 buah, yaitu dua angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung dan angklung bapa, dua angklung anak; dua buah dogdog, dua buah terbang atau gembyung, juga satu kecrek.

Buncis
Buncis ialah pertunjukan yan bersifat hiburan nan berasal dari Baros, Bandung. Beberapa instrumen nan merupakan bagian dari kesenian buncis ialah dua angklung indung, dua angklung ambrug, angklung panempas, dua angklung pancer, satu angklung enclok.

Angklung Padaeng
Angklung padaeng ini dibuat oleh pencetus angklung itu sendiri, yaitu Daeng Sutigna. Angklung ini menggunakan nada diatonis. Oleh sebab itu, angklung ini dapat menghasilkan nada suara dari berbagai musik internasional dan modern, bukan hanya musik daerah saja. Angklung ini juga bisa dimainkan bergabung dengan ensembel lainnya seperti piano, gitar, drum, dan lain-lain. Angklung padaeng ini dibagi menjadi dua jenis yaitu angklung melodi dan angklung akompanimen. Angklung melodi ialah angklung nan terdiri atas dua tabung dengan disparitas nada satu oktaf. Sedangkan, angklung akompanimen ialah angklung nan dimainkan buat mengiringi lagu-lagu nan harmonis.

Angklung Sarinade
Angklung sarinade ialah angklung nan masih mempunyai jenis nan sama seperti padaeng, tetapi hanya menghasilkan nada bulat saja.

Angklung Toel
Angklung toel ialah angklung nan dijejerkan secara terbalik dan diberi karet. Angklung ini ditemukan dan diciptakan oleh Yayan Udjo pada tahun 2008. Nama toel nan dimaksud itu berarti sentuh. Jadi, pemakaian angklung ini hanya cukup disentuh lalu keluarlah nada-nada nan dihasilkan pada angklung ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar